TpM0BSz8GSr0BSGiGfA8GSr9GY==

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PULSA DAN SERVER PULSA DI INDONESIA YANG PENUH KENANGAN PAHIT DAN MANIS

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PULSA DAN SERVER PULSA DI INDONESIA YANG  PENUH KENANGAN PAHIT DAN MANIS

Pada awal berdirinya telkomsel sekitar tahun 1995-an, hanya diterapkan system postpaid (pake dulu bayar belakangan).

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PULSA DAN SERVER PULSA DI INDONESIA YANG  PENUH KENANGAN PAHIT DAN MANIS

Oktober 1996, XL mulai bersiap siap untuk mengambil jatah ‘kue’ telekomunikasi bergerak ini. Setahun kemudian muncul lah produknya dipasar bernama ProXL. Kantor pertamanya hanya menyewa dari BRI di kawasan semanggi, di BRI Tower.

Sekitar tahun 1997 telkomsel mulai mengeluarkan kartu prabayar yang tentunya dilengkapi dengan voucher isi ulang model gosok. Untuk mendistribusikan produk ini menunjuk beberapa dealer. Suatu kemudahan buat kita semua, pilih nomor perdananya, gosok voucher isi ulangnya, masukan nomor kode nya, maka nomor tersebut dapat dipakai sepuasnya sampe habis pulsanya . Pada saat itu borosnya minta ampun, diisi pulsa 100rb, menelepon atau pun nerima telepon akan memotong pulsa.

Dengan di tunjuknya dealer dealer, maka mulai lah bermunculan outlet outlet isi ulang pulsa.

  • Tahun 2001
Indosat melirik bisnis selular ini (yang pada saat itu masih memegang saham telkomsel), melalui anak perusahaan PT Indosat Multi Media Mobile, lahirlah Mentari yang dilengkapi dengan isi ulang pulsa menggunakan Short Code dan didistribusikan melalui beberapa dealer.
  • Sekitar maret 2002
telkomsel mengeluarkan Autorefill bekerjasama dengan sebuah perusahaan swasta. Seperti kita ketahui, Autorefill Telkomsel atau disebut juga dengan B2B, berupa EDC (Electronic Data Capture) yang dikhususkan untuk mengisi ulang saldo simpati. Dengan adanya alat ini, maka pengisian pulsa semakin mudah, karena ngak pake gosok gosok lagi.
  • Bulan Juni 2004
Telkomsel mengeluarkan yang namanya M-KIOS, waah ... para outlet pun semakin mudah untuk bisa membantu telkomsel mengisi ulang para pelanggan prabayarnya. Pada saat itu pelanggan telkomsel berkisar 10 juta pelanggan.

Untuk mendistribusikan produk produk selular, perdana dan isi ulangnya, setiap dealer mengangkat sub-sub dealer sebagai channel distribusi resmi, mereka di persenjatai dengan spanduk, voucher fisik, kartu yang bisa dipergunakan untuk isi ulang, edc dan lain lain.

Seiring dengan perkembangan jamannya dan pengguna selular prabayar yang semakin banyak, nasib para dealer dan nasib sub-dealer berbeda jauh, tentu saja karena ‘porsi’ sub dealer ini sangat terbatas, tergantung ‘boss’ yang diatas (dealer).

Dengan segala keterbatasannya, akhirnya sub dealer ini menjadi tidak loyal terhadap satu operator, mulai-lah menjual produk produk pesaing secara bersama dalam satu konter (dikenal lah saat ini dengan konter / kios pulsa).

Secara KEBETULAN operator-operator ini sangat terbantu oleh keberadaan outlet/konter/kios ini, karena memudahkan para pelanggannya untuk mengisi ulang pulsanya. Dimana isi ulang ini merupakan revenue terbesar dari perusahaan selular. Tentu saja konter konter ini pun menjajakan juga kartu perdana (mesin uang) nya operator.

Pertumbuhan pelanggan operator, memunculkan banyak bidang pekerjaan baru dan peluang usaha baru (pada saat itu). Muncul lah yang namanya OPJ (Outlet Pinggir Jalan), yang kemudian menjadi sebuah acara di TV (Opera Pan Java ?).

Karena di dorong oleh para dealer dari operator, dimana dealer mempunyai kewajiban untuk mendistribusikan produk produknya, OPJ ini semakin tumbuh dengan pesat (ribuan lapangan pekerjaan baru tercipta, ... amazing !).

Awalnya, hanya bermodal lemari kaca, dipajanglah voucher voucher gosok dan perdana dari berbagai operator, namun karena beresiko sering kejadian hilang, para pengusaha OPJ menemukan cara untuk mengamankan ‘barang dagangannya’ yang berupa voucher fisik tadi, yaitu berjualan melalui udara (on air selling).

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PULSA DAN SERVER PULSA DI INDONESIA YANG  PENUH KENANGAN PAHIT DAN MANIS


Seiring dengan pertumbuhan pelanggan Mobile Phone ini, telepon genggam pun lebih beragam dan harganya terus menurun. Dan para pedagang pulsa pun mampu membeli HP. OPJ pun mulai menganti media komunikasi HT dengan media SMS (maklum waktu masih menggunakan HT, harga HP masih selangit, pedagang pulsa pun pada saat itu tidak mampu membeli Hand Phone). Woow lebih efisien lagi, dan lebih aman, anti sadap.

Dengan efisiensi yang tinggi (modal tidak terlalu besar), dan untung yang besar, maka lapangan perkerjaan di bidang ini semakin di minati (pedagang pulsa ). OPJ OPJ bertebaran hampir di setiap tikungan jalan. Kondisi ini ternyata memberikan kontribusi yang sangat besar bagi operator (walaupun operator nya tidak sadar, dan sampe sekarang masih tidak sadar bagi sebagian operator).

Kemudahan pelanggan untuk mengisi ulang pulsanya semakin mudah. Pelanggan operator tumbuh dengan sangat pesaaat.

Dengan semakin meningkatnya permintaan pengisian ulang (sesuai dengan pertumbuhan jumlah pelanggan), OPJ semakin senang, karena dalam sehari bisa mengirim puluhan SMS ke pusat untuk order ulang pulsa ke nomor pembeli nya. Sementara Pusatnya semakin kewalahan, dari 10 OPJ saja bisa mendapat order pengisian pulsa ratusan kali. Rupanya ada yang dengan sangat jeli melihat peluang ini, sehingga di buatlah otomatisasi, cukup dengan mengirimkan SMS ke server, selanjutnya server yang akan otomatis pula mengirim SMS ke shortcode atau men-simulasikan USSD command untuk mengisi pulsa pesanan OPJ OPJ tersebut.

Mohon maaf jika salah, kalo tidak salah itu adalah server di Jakarta dan menggunakan perangkat lunak buatan luar negeri. Dengan dukungan dari sebuah operator yang menyediakan shortcode, perusahaan ini menjadi sangat terkenal (hingga sekarang). (terbukti dari format cara mengirim sms nya menjadi patokan hampir seluruh server pulsa (i.kodepulsa.nomor yg diisi.pin)

Namun karena server ini pada saat itu mempunyai beberapa kelemahan, muncul lah server server baru dengan perangkat lunak yang dibuat secara lokal. Bahkan ada juga yang menjual perangkat lunak khusus untuk server pulsa. Software asal dari Surabaya Jawa Timur, tidak terlalu terkenal tapi bisa disebut sebagai pioneer dalam hal software server pulsa.

Kemudian bermunculan lah ... berbagai macam nama software, mulai dari harga ratusan ribu, puluhan juta hingga miliaran. (lagi lagi, lapangan pekerjaan terbuka menyerap cukup banyak .. software house, pengelola server, retailer)

Hanya dengan modal perangkat lunak buatan sendiri, komputer bekas, handphone bekas dan lain lain, ternyata membawa rejeki yang sangat lumayan kepada para pengelola server, terlebih lagi, mereka mempunyai segmen pasar sendiri. Bahkan ada pula yang menjalankan bisnis ini melalui jaringan (MLM), ampun daaah, tambah melejit lah para pengelola server ini.

Dengan semakin banyak nya jalur distribusi (tidak resmi) ini, pengguna selular semakin melejit (bahkan pada saat itu, XL bisa dikatakan terbantu oleh server server ini). Pada saat itu XL mengeluarkan program 100 SMS per hari gratis, dan di manfaatkan oleh para pemilik server untuk dijadikan ‘media’ berjualan. Semua pedagang (peroangan) yang menggunakan server itu, jika menggunakan XL diberikan potongan harga. Sehingga ramai ramai pedagang yang menggunakan server tersebut mengganti kartunya dengan XL.

Banyak ‘jutawan’ baru lahir, sehingga bisnis server pulsa menjadi menarik. Dengan semakin banyaknya penyelenggara server pulsa, secara otomatis pasar distribusi menjadi sangat luas, karena server pulsa menghilangkan jarak. Pedagang pulsa di ujung Indonesia manapun, selama bisa mengirim SMS, bisa berjualan.

Lagi lagi operator di untungkan. Pada saat itu operator sama sekali tidak melirik ini. Mereka percaya bahwa distirbusi yang ‘meng-heboh-kan’ ini dilakukan oleh dealernya.

Belakangan mereka memahami bahwa server berada dibalik pada dealer ini. Tentu saja operator bingung, distribusi di suatu daerah, katakanlah di sumatera tidak berkembang, tetapi pengisian ulangnya sangat banyak (yang ternyata diisi oleh server yang ada di jawa). Mulailah pada saat itu operator melakukan pembatasan.. Region ... (berdarah darah part 1, bagi pemilik server).

Namun rupanya pengelola server tidak kehilangan akal, lahir lah teknologi server Host to host dan Stock Point, yang mengakali aturan penjualan harus pada ‘region’ nya. Server tetap bisa bertahan.

Hampir sebagian besar (katakan saja 95%) pemilik server ini bukan dealer, benar benar independent, mereka membuka dan mempunyai pasar yang diperolehnya sendiri.

Permasalahan lain muncul. Dealer dealer mulai punya ide membangun server sendiri. Pemain server yang bukan dealer mulai kalang kabut, tidak mendapatkan alokasi, dan mulailah babak baru. pemain server bersatu ! (Aspindo Pertama).

Setelah ramai di tingkat operator dan dealer, akhirnya kondisi kembali kondusif, Aspindo Pertama pun akhirnya adem ayem. (oknum) Operator pun berfikir keras tentang distribusi yang merasa di acak acak oleh server, dan server pulsa selalu dijadikan domba hitam (kasian ah kambing mulu). Padahal, seperti air, server itu selalu menempati tempat yang bisa ditempati ... mengalir ....

Fitnah kepada pemain server :
  • Selalu menawar harga murah.
  • Hanya menjual isi ulangnya saja, perdana nya tidak mau.
  • Menjual harga lebih murah.
  • Illegal.
  • Pokonya ngak ada bagus bagusnya daaah

Kemudian operator ini mulai putar otak agar distribusi bisa normal kembali, agar para dealer tidak bersaing dengan dealer dari sesama operator dan lebih memfokuskan diri untuk bersaing dengan dealer dari oeprator lain.

Singkat cerita di keluarkanlah aturan baru ... hard cluster ! (berdarah darah part 2). Produk hard cluster ini sangat ampuh bagi para pemilik server, terbukti semakin banyak pemain server berjatuhan (karena tidak mendapatkan stok). Dan terbukti juga membuat operator terkaget kaget dari efek clusterisasi ini.

Bagi operator tidak ada kata gagal, semua program adalah ‘berhasil’, sebenarnya mereka lebih sibuk turun langsung kepasar dan melibatkan banyak ‘orang sendiri’ kepasar, yang sebelumnya dilakukan oleh para pengelola server. Padahal ... operator cukup dengan fokus pada distribusi mesin uangnya (distribusi perdana dan akuisisi pelanggan) membayar cukup distributor atas keberhasilan akuisisi pelanggan. Untuk isi ulang pulsanya diserahkan ke pengelola server. Akan menjadi lebih ringan dan bisa memenangkan peperangan ... (tentu saja, kawannya banyaaak para pemain server tentunya ..)

Tapi server juga harus bertahan dengan kondisi ini, potensi dari pengelola server adalah para penggunanya, pelanggannya.
yang kuat Yang bisa beradaptasi yang Menang

Dengan dukungan para pengembang perangkat lunak, server server pulsa pun di modifikasi untuk memperbesar manfaat bagi para pelanggannya, menjadikan server server ini menjadi alat transaksi elektronik apapun. Sehingga manfaat dari para pelanggan ini tidak hanya bisa mengisi ulang pulsa saja, tapi bisa juga membayar telepon, membayar listrik, membeli token, membeli voucher games, membayar cicilan, transfer uang, bayar pajak dan lainnya. Bisa dibilang pengelola server ini sudah seperti memiliki toko serba ada modern, siap mendistribusikan apapun yang bisa disalurkan secara elektronik.

Melalui wadah Koperasi yang dibentuk oleh ASPINDO, para pengelola server akan lebih fokus pada distribusi produk produk elektronik tersebut. Bahkan jika ada kesempatannya Koperasi Aspindo ada rencana untuk membantu utilisasi infrastruktur operator melalui program MVNO. Mungkinkah ?


SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA PULSA DAN SERVER PULSA DI INDONESIA YANG  PENUH KENANGAN PAHIT DAN MANIS



0 Komentar